Beranda | Artikel
Bolehkah Niat Mandi Sekaligus Wudhu? - Syaikh Utsman al-Khamis #NasehatUlama
Jumat, 5 Agustus 2022

“Apakah aku boleh mandi sekaligus meniatkan wudhu?”

Ini pertanyaan pertama, dan pertanyaan kedua yaitu:

“Aku berwudhu dalam keadaan telanjang (apakah itu boleh?)” Demikianlah pertanyaannya.

Adapun jawaban untuk pertanyaan pertama, sunahnya adalah:

Sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau senantiasa berwudhu sebelum mandi.

Beliau senantiasa berwudhu sebelum mandi. Ini adalah sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau berwudhu, baik itu sebelum mandi junub, mandi Shalat Jum’at, atau lainnya.

Beliau memulai dengan wudhu, setelah itu beliau mandi.

Begitu juga sebelum mandi untuk ihram atau mandi lainnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wudhu dulu sebelum mandi.

Ini adalah sunah, yaitu seseorang berwudhu dulu sebelum mandi.

Namun jika ia mandi tanpa berwudhu sebelumnya, apakah ia harus berwudhu setelah mandi?

Dalam hal ini ada perinciannya.

Jika mandi yang dilakukan itu adalah mandi yang disyariatkan,
seperti mandi junub, mandi untuk Shalat Jum’at, mandi untuk ihram, atau mandi untuk Shalat Id.
Yakni mandi yang diperintahkan, baik itu diperintahkan dalam bentuk wajib atau mustahab (anjuran),
maka para ulama berpendapat bahwa mandi ini sudah cukup, tanpa perlu berwudhu juga.

Ia tidak perlu berwudhu lagi, karena mandi itu sudah cukup baginya.

Masalahnya adalah jika mandi yang dilakukan bukan mandi yang disyariatkan,
yakni mandi itu tidak diperintahkan dalam bentuk wajib atau mustahab. Sebagai contoh, jika ada orang yang selesai bermain bola,
atau selesai keluar rumah, seperti di hari-hari ini yang hujan,
atau keluar rumah sore hari dan pulang dalam keadaan berkeringat,
lalu ia ingin berenang untuk mandi
agar dapat membersihkan keringat itu.

Orang ini jika mandi dan ia meniatkan
selain mandinya untuk menghilangkan keringat, juga agar sekaligus berwudhu untuk shalat,
apakah wudhunya itu sah? Apakah ia boleh mendirikan shalat dengan wudhu dan mandi tersebut, atau itu tidak sah?

Sebenarnya dalam masalah ini, mayoritas ulama tidak berpendapat bahwa itu sah baginya.

Mereka berkata bahwa ia tetap harus berwudhu, baik itu sebelum atau sesudah mandi,
karena pada dasarnya mandinya itu bukan mandi yang disyariatkan.

Itu bukan mandi wajib dan bukan pula mandi sunah.

Mandi itu disebut dengan mandi untuk kebersihan, untuk menghilangkan keringat,
atau bisa juga kita katakan mandi untuk kesenangan saja. Baik?

Ulama berpendapat bahwa mandi itu tidak dapat menggantikan wudhu.

Inilah pendapat mayoritas ulama. Meskipun diriku lebih condong
pada pendapat bahwa selama ia telah berniat untuk sekaligus berwudhu
maka itu telah cukup baginya. Ilmu yang benar hanya di sisi Allah Jalla wa ‘Ala. Namun yang lebih aman adalah dengan tetap berwudhu,
baik itu berwudhu sebelum atau setelah mandi.

Pertanyaan kedua: hukum berwudhu dalam keadaan telanjang. Insya Allah Ta’ala tidak ada masalah dengan itu (boleh). Demikian.

===

هَلْ يَجُوزُ لِي أَنْ أَسْتَحِمَّ وَأَنْوِي نِيَّةَ الْوُضُوءِ؟

هَذَا السُّؤَالُ الْأَوَّلُ
السُّؤَالُ الثَّانِي الَّذِي هُوَ

أَنِّي أَتَوَضَّأُ وَأَنَا عَارِيُ الْجَسَدِ هَذَا هُوَ السُّؤَالُ

هُوَ بِالنِّسْبَةِ لِلسُّؤَالِ الْأَوَّلِ وَهُوَ السُّنَّةُ

سُنَّةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَوَضَّأُ قَبْلَ الْاِسْتِحْمَامِ

كَانَ يَتَوَضَّأُ قَبْلَ الْاِسْتِحْمَامِ هَذِهِ سُنَّةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

كَانَ يَتَوَضَّأُ سَوَاءً الْجَنَابَةُ أَوِ الْجُمُعَةُ أَوْ غَيْرُهَا

كَانَ يَتَوَضَّأُ ابْتِدَاءً ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ يَسْتَحِمُّ

لِلْإِحْرَامِ أَيْ أَيُّ غُسْلٍ كَانَ يَتَوَضَّأُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

هَذِهِ هِيَ السَّنَةُ الْإِنْسَانُ يَتَوَضَّأَ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ

لَكِنْ إِذَا اغْتَسَلَ دُونَ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَهَلْ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ؟

فِيهِ تَفْصِيلٌ

إِذَا كَانَ هَذَا الْغُسْلُ غُسْلًا مَشْرُوعًا

كَغُسْلِ جَنَابَةٍ غُسْلِ جُمُعَةٍ غُسْلِ إِحْرَامٍ غُسْلٍ لِلْعِيدِ

يَعْنِي شَيْءٌ مَأْمُورٌ بِهِ سَوَاءٌ كَانَ مَأْمُورٌ بِهِ أَمْرَ الْإِيْجَابِ أَوْ أَمْرَ الْاسْتِحْبَابِ

فَقَالُوا هَذَا الْغُسْلُ يَكْفِي عَنِ الْوُضُوءِ يُغْنِي عَنِ الْوُضُوءِ

وَمَا يَحْتَاجُ أَنَّهُ يَتَوَضَّأُ وَإِنَّمَا يَكْفِيهِ هَذَا الْغُسْلُ

الإِشْكَالِيَّةُ هِيَ إِذَا كَانَ هَذَا الْغُسْلُ لَيْسَ غُسْلًا مَشْرُوْعًا

يَعْنِي لَا مَأْمُورَ بِهِ وُجُوبًا وَلَا مَأْمُورَ بِهِ اسْتِحْبَابًا مِثْلُ وَاحِدٍ لَعِبَ كُرَةً مَثَلًا

أَوْ خَرَجَ يَمْشِي مِثْلَ هَذِهِ الأَيَّامِ هَذِهِ رُطُوبَةٌ مَثَلًا

أَوْ مَشَى الْعَصْرَ مَثَلًا وَرَجَعَ مُعَرِّقًا مَثَلًا

وَيُرِيدُ أَنْ يَأْخُذَ مَثَلًا سَبُوحٌ لِيَغْتَسِلَ

حَتَّى يُذْهِبَ عَنْهُ هَذَا الْعَرَقَ

فَهَذَا الْإِنْسَانُ إِذَا اغْتَسَلَ وَفِي نِيَّتِهِ

أَنَّهُ كَمَا أَنَّهُ يُزِيلُ الْعَرَقَ أَنَّهُ يَكُونُ مُتَوَضِّئًا لِلصَّلَاةِ

فَهَلْ يَصِحُّ وُضُوءُهُ؟ وَهَلْ لَهُ أَنْ يُصَلِّيَ بِهَذَا الْوُضُوءِ بِهَذَا الْغُسْلِ أَوْ لَا يَصِحُّ لَهُ ذَلِكَ؟

حَقِيقَةً يَعْنِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةُ أَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ لَا يَرَوْنَ أَنَّهُ يَصِحُّ لَهُ ذَلِكَ

يَقُولُ لَا بُدَّ أَنْ يَتَوَضَّأَ إِمَّا قَبْلَ الْغُسْلِ وَإِمَّا بَعْدَ الْغُسْلِ

لِأَنَّ هَذَا الْغُسْلَ غَيْرُ مَشْرُوعٍ أَصْلًا

لَا هُوَ وَاجِبٌ وَلَا هُوَ مُسْتَحَبٌّ

هَذَا غُسْلٌ يُسَمُّونَهُ غَسْلَ التَّنَظُّفِ غُسْلٌ عَلَى الْعَرَقِ

غَسْلُ التَّرَفُّهِ لِنَقُولُ طَيِّبٌ

يَقُولُ لَا يُغْنِي عَنِ الْوُضُوءِ

هَذَا قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ حَقِيقَةً وَإِنْ كَانَتِ النَّفْسُ تَمِيْلُ

إِلَى أَنَّهُ طَالَمَا أَنَّهُ نَوَى أَنْ يَتَوَضَّأَ

فَإِنَّهُ يَكْفِيهِ هَذَا وَالْعِلْمُ عِنْدَ اللهِ جَلَّ وَعَلَا وَالْأَحْوَطُ أَنْ يَتَوَضَّأَ

سَوَاءٌ قَبْلَ الْغُسْلِ أَوْ بَعْدَ الْغُسْلِ

الثَّانِي أَنْ يَتَوَضَّأَ وَهُوَ عَارٍ مَا يَضُرُّ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مَا فِيهِ بَأْسٌ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى نَعَم


Artikel asli: https://nasehat.net/bolehkah-niat-mandi-sekaligus-wudhu-syaikh-utsman-al-khamis-nasehatulama/